Pada teori jaringan banyak di bahas tentang hubungan
antara satu aktor (individu atau kelompok) dengan aktor lainnya. Salah satu ciri
khas teori jaringan adalah pemusatan pemikiran pada tingkat makro, artinya
aktor atau pelaku bisa saja individu (Wellman, 1983 dalam Ritzer, 2004), atau mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat. Kaitannya dalam
hal ini teori jaringan membahas tentang hubungan yang terjadi pada tingkat
struktur sosial skala luas sampai
tingkat yang lebih mikroskopik. Analisis
jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektivitas
berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya
berperilaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba menghindarkan
penjelasan normatif dari perilaku sosial. Mereka menolak penjelasan non
struktural yang memperlakukan proses sosial sama dengan penjumlahan ciri
pribadi aktor individual dan norma tertanan. Hubungan ini berlandaskan gagasan
bahwa setiap aktor (individual atau kelompok) memiliki akses berbeda terhadap
sumber daya yang menilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah
bahwa sistem yag berstruktur cenderung tersratifikasi, komponen tertentu
tergantung pada komponen lain.
Teori jaringan juga memiliki beberapa prinsip logis
yang merupakan tempat bersandarnya pemikiran-pemikiran teori jaringan itu
sendiri. (Wellman, 1983 dalam Ritzer, 2004) yaitu:.
1.
Ikatan antar aktor biasanya dalah simetris baik dalam kadar maupun
intensitasnya.
2.
Ikatan antara individu yang harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan
lebih luas.
3.
Tersturturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non acak.
4.
Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara
kelompok jaringan maupun antara individu.
5. Ada
ikatan asimetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem jaringan dengan
akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tak merata.
6.
Distribusi yang tampang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu
kerjasama maupun kompetisi.
Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus,
dimana “ikatan” yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan
adalah hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung
atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia
(person”). Jaringan sosial tidak hanya beranggotakan pada satu individu, namun
dapat juga berupa sekumpulan orang yang mewakili titik –titik seperti yang
dikemukakan sebelumnya, jika tidak harus satu titik mewakili satu orang,
misalnya organisasi, instansi, pemerintah atau negara.
Sementara hubungan sosial atau saling keterhubungan
merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup lama atau
permanen) yang terakhirnya diantara mereka terikat satu sama lain dengan atau
oleh seperangkat harapan yang relatif stabil (Zanden, 1990 dalam Agusyanto,
2007). Dan membership group
merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota
kelompok tersebut (Soerjono Soekanto.2010).
Hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang
seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu
orang(titik) dengan orang-orang lain dimana melalui jalur atau saluran tersebut
bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, dan informasi. Hubungan sosial
antara dua orang mencerminkan adanya pengharapan peran dari masing-masing lawan
interaksinya. Tingkah laku yang diwujudkan dalam suatu interaksi sosial itu
sistematik, meskipun para pelakunya belum tentu menyadarinya. Dari terwujudnya
hubungan sosial yang baik maka akan memudahkan jaringan sosial berkembang.
Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di dunia ini
bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari
jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya. Walaupun begitu manusia
tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai
tujuan-tujuannya, tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks
sosialnya (Agusyanto, 2007).
Ada tiga pembagian tipe keteraturan jaringan sosial
menurut Epstein (1992 dalam Agusyanto, 2007), yaitu:
1.
Ketentuan Struktural, dimana perilaku orang-orang teinterpretasikan dalam term
tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-posisi yang mereka duduki dalam
suatu perangkat tatanan posisi-posisi.
2.
Keteraturan Katagorikal, dimana perilaku seseorang di dalam situasi-situasi
yang tidak terstruktur bisa terinterpretasi ke dalam term
steriotipe-steriotipe.
3. Keteraturan Personal, dimana perilaku orang-orang, baik di dalam
situasi yang terstruktur maupun tidak, bisa diinterpretasikan ke dalam
pengertian-pengertian ikatan-ikatan personal yang dimiliki seseorang individu
dengan orang-orang lain.
Bicara mengenai jaringan sosial tidak akan habis dalam
sekali pembahasan, karena begitu kompleksnya jaringan yang terbentuk dalam
masyarakat bahkan saling tumpah tidih dan memotong satu sama lain sehingga
Barnes merasa perlu untuk membedakan jaringan untuk kepentingan penelitiannya,
menurut Barnes (1969 dalam
Agusyanto, 2007) jaringan dibedakan atas jaringan
total digunakan untuk menyebut jaringan sosial yang kompleks, dan jaringan
partial untuk menyebut jaringan yang hanya berisi satu jenis hubungan sosial.
Lain hal lagi bila jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosialyang
membentuk jaringan-jaringan. Beberapa pakar antropologi maupun sosiologi dari
beberapa literatur mengatakan, dari sisi ini jaringan sosial dapat di bedakan
dalam tiga jenis yaitu :
1.
Jaringan interest (kepentingan),
terbentuk dari hubungan-hubungan sosial yanng bermuatan kepentingan.
2.
Jaringan power,
hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan bermuatan power. Power disini
merupakan suatu kemampuan seseorang atau unit sosial untuk mempengaruhi
perilaku dan pengambil keputusan orang atu unit sosial lainnya mellalui
pengendalian (Adams: 1977 dalam Agusyanto, 2007).
3.
Jaringan sentiment (emosi),
seperti judulnya jaringan ini terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial
yang bermuatan emosi. Hubungan sosial itu sendiri sebenarnya menjadi tujuan
tindakan sosial misalnya percintaan, pertemanan atau hubungan kerabat, dan
sejenisnya. Struktur sosial yang terbentuk dari hubungan-hubungan emosi pada
umumnya lebih mantap atau permanen.
Ketiga tipe jaringan sosial ini dalam kehidupan nyata
sering kali berpotongan. Pertemuan-pertemuan tersebut membangkitkan suatu
ketegangan bagi pelaku yang bersangkuatan karena logika situasional atau
struktur sosial dari masing-masing tipejaringan berbeda atau belum sesuai satu
sama lain. oleh karena itu, sering kali terlihat kontradiksi antara
tindakan-tindakan dengan sikap yang pelaku wujudkan.
Sumber:
Sumber:
George Ritzer. 2007. Teori Sosiologi
Modern. Jakarta: Prenada Media.
Ruddy Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta: Raja
Grafindo
1 komentar:
good article, thanks for sharing.
Viagra , Viagra Usa
Titan Gel , Cream Kuda Jantan
Titan Gel Asli , Cream Pembesar Penis
Cream Pembesar Penis , Pembesar Penis
Pembesar Penis , Obat Pembesar Penis
Jual Titan Gel Asli , Cream Kuda Jantan Asli
Obat Kuat , Cara Membesarkan Penis
Obat Kuat Viagra , Original Viagra
Obat Kuat Viagar Asli , Obat Kuat Terbaik
Viagra Usa Asli , Klg Asli , Pembesar Penis Klg
Jual Viagra Usa Asli , Pembesar Penis
Hammer Of Thor , Hammer Of Thor Asli
Sex Toys Terbaru , Alat Bantu Sex Terbaru
Alat Bantu Sex Wanita Terbaru , Sex Toys Wanita Terbaru
Sex Toys , Alat Bantu Sex , Viagra Asli
Alat Bantu Sex Pria Wanita , Alat Bantu Sex Pria Wanita Terbaru
Posting Komentar