A.
Kajian Sosiologi Pendidikan
Kajian dan analisis
sosiologi terhadap dirintis oleh Durkheim dan Weber yang kemudian dilanjutkan
oleh para muridnya. Kajian sosiologi pendidikan di Indonesia telah lama dikenalkan
melalui mata kuliah pada mahasiswa di bidang kependidikan di perguruan tinggi.
Sosiologi pendidikan berfungsi menyediakan visi, pemahaman dan kemampuan
terhadap proses pendidikan dan kemampuan bekerja dalam pendidikan dengan
memanfaatkan dinamika struktural dan proses sosial terkait dengan pendidikan.
Menurut Durkheim fungsi
pendidikan adalah memelihara keberadaan dan kelangsungan masyarakat tempat
pendidikan tersebut berada atau ditiadakan. Dinamika masyarakat dan perubahan
sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industriberdampak pada proses
pembagian kerja yang menuju pada spesialisasi. Oleh Durkheim ini digambarkan
pada solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik.
Sosiologi pendidikan
juga memberi jalan kepekaan untuk melihat nilai-nilai, institusi, budaya, dan
kecenderungan lainnya yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Sosiologi
pendidikan juga dapat membantu memahami perencanaan, proses implementasi, dan
implikasi penerapan program maupun kebijakan pendidikan tertentu. Sosiologi
pendidikan merupakan kajian bagaimana institusi dan kekuatan sosial
mempengaruhi proses dan outcome dan
begitu pula sebaliknya. Alasan yang mendasari pengembangan pendidikan yang dilandasi
konsep dan teori-teori sosial:
a.
Pendidikan harus menyiapkan generasi
yang siap memasuki masyarakat yang berubah menuju masyarakat yang berbasis ilmu
pengetahuan. Dalam hal ini pendidikan, sekolah dan guru harus bisa membekali
siswa kemampuan yang kreatif dengan memberi pengetahuan dan pengalaman hidup di
tengah masyarakat.
b.
Praktisi
pendidikan dapat merumuskan cara menetapkan orientasi yang relevan dengan dunia
yang selalu berubah.
c.
Pendidikan memerlukan perangkat analisis
sosiologis. Sekolah dan guru tidak bisa hanya mengejar target kurikulum,
ataukeberhasilan siswa dalam tes tetapi pendidikan harus mampu membawa siswanya
memahami perubahan yang semakin cepat dan kompleks.
Dengan bantuan
perspektif sosiologis, sekolah dan guru dapat memahami lingkungan sosial,
proses-proses sosial seperti terjadinya konflik, integrasi, pelapisan, proses
sosialisasi. Sosiologi membantu meningkatkan kepekaan budaya sehingga praktisi
pendidikan mampu mengelola pembelajaran berbasisi multikultural, melakukan
antisipasi terhadap dampak budaya global, arus informasi yang tanpa batas.
Fungsi pendidikan,
dalam konteks sosialisasi, untuk menyatukan menyatukan masyarakat menurut
fungsionalisme menurut Talcott Parsons. Paesons mengemukakan bahwa masyarakat
ditata dan disatukan oleh serangkaian sistem, yaitu sistem kultural yang
berintikan simbol atau makna, sistem sosial dengan unit dasarnya interaksi
antar peranan, sistem kepribadian yang intinya aktor individualdengan
kebutuhan, motif sikapnya dan sistem perilakuyang berintikan sistem
biologiknya. Sedangkan Weber membedakan dua tipe pendidikan yaitu pendidikan
yang bertujuan membangkitkan kharisma (suatu ciri kepahlawanan) atau hal yang
sifatnya magis dan pendidikan yang bertujuan menanamkan pelatihan keahlian
khusus.
B.
Perspektif Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan
memiliki perspektif yng beragam, sejalan dengan keseragman yang terjadi dalam
perspektif kajian sosiologi pada umumnya. Pada pespektif sosiologi pendidikan
dapat dilihat perbedaan sosiologi pendidikan yang berorientasi pada dimensi
kajian makro dengan yang berorientasi pada kajian mikro. Unit analisis pada
sosiologi pendidikan umumnya sebagian besar dari ranah obyektif, yaitu dunia
yang berada diluar individu sedang yang sebagian lain tertarik pada unit
analisis yang berasal dari ranah individu, yang mengembangkan kajiannya dari
perspektif subyektif, yaitu dunia kesadaran yang dirasakan, dipersepsikan,
dimaknai dan dialami oleh individu.
1.
Teori sosial yang berada di ranah kajian
makro seperti teori struktural fungsional, struktural konflik, marxian, teori
dependencia, cenderung melihat bagaimana pendidikan diorganisasikan, institusi
pendidikan dibentuk, dan kultur sekolah disosialisasikan dan sistem pendidikan
dikembangkan. Kemajuan dan kemunduran, keberhasilan dan kegagalan dalam
pendidikan dicari penjelasannya dibalik sistem atau struktur sekolah maupun
sistem atau struktur masyarakatnya. Kajian ini melihat bagaimana sitem
pendidikan dikembangkan, siapa yang diuntungkan oleh sistem itu, apakah sistem
pendidikan yang dikembangkan bisa mencapai keadilan. Selain itu sebagian dari
mereka menekankan pada proses kelangsungan dan perubahan pendidikan yang
terjadi alam tataran sistemik, institusional, kelopok maupun organisasi
pendidikan.
2.
Di level kajian mikro teori sosial yang
biasa digunakan dalam perspektif kajian mikro seperti konstruksional,
interaksionisme simbolik, fenomenologi, dramaturgi, feminisme dan postmodernisme.
Misal, perspektif fenomenologis, penekanan pada upaya memahami apa yang terjadi
di balik fenomena, data, informasi, atau realitas kehidupan individu. Sosiologi
pendidikan yang memilih fokus kajian pada ranah subyektif mencoba memahami
realitas pendidikan tidak dari luar realitas individu, tetapi pada tataran
individu, dari tataran konstruk, persepsi, penafsiran, dan pemaknaan individu
terhadap pendidikan. Dalam kajian mikro, realitas ditelusuri dengan cara
memahami model pengetahuan, pengalaman, persepsi, dan cara aktor memahami
permasalahan pendidikan.
Pendekatan
sosiologi makro mengamati keterkaitan struktur sosial dan kebutuhan akan
pendidikanformal, berbagai ternsformasi sosial, ekonomi, kultural, dan lainnya
di masyarakat telah mendorong kesempatan pendidikan formal untuk banyak orang.
Sedangkan permasalahan keberhasilan dan kegagalan belajar disekolah dan di
kelasbaik itu menyangkut hal-hal kognitif maupun hal-hal non kognitif akan
dapat dijelaskan dan dipahami dengan pendekatan sosiologi mikro yang memusatkan
pada perilaku siswa secara intensif di konteks yang juga spesifik.
Sumber: Prof. Dr. Farida Hanum, M. Si. Sosiologi
Pendidikan. Kanwa Publisher
Tidak ada komentar:
Posting Komentar